Tattoo

Death on The Valentine's Day ~ Pastour Memoriez

Valentine's Day atau biasa disebut hari kasih sayang, adalah saat-saat yang dianggap paling tepat oleh remaja, bahkan yang telah dewasa sekalipun untuk mengungkapkan cinta kepada pasangannya. Mulai dari memberikan hadiah berupa bunga, boneka, coklat, kirim kartu, dan sebagainya. Tak jarang, kehormatan pun dihadiahkan sebagai tandacinta.

Tertipu Gemerlap Valentine's Day
Keyakinan bahwa Valentine adalah hari kasih sayang mengundang tanya. Jika memang seperti itu, mengapa targetnya adalah anak-anak muda, bukan ibu-bapak kita, kakek-nenek kita? Jawabannya, karena merusak generasi yang bakal menjadi penerus peradaban alias pemuda jauh lebih strategis. Kalau pemudanya rusak, maka lebih mudah merusak sendi lainnya.

Jika benar mereka-baca Barat-yang suka menjajakan Valentine itu memang menjunjung kasih sayang, tanyakan buktinya. Angka perceraian tinggi, anak-anak mereka rusak karena brokenhome, prostitusi merajalela bahkan disahkan oleh negara, aborsi pun legal, orang tua diterlantarkan di panti jompo, diskriminasi ras dan warna kulit, dan lain-lain. Inikah kasih sayangyang bisa dicontohkan oleh mereka?

Sekarang tengok ke Timur. Irak hancur lebur. Muslimahnya jadi korban perkosaan para tentara Barat. Anak-anak kecil dan orangtua serta warga sipil dibantai tanpa ampun. Negerinya dijajah dan porak-poranda. Belum lagi Afghanistan, Bosnia, Chechnya, bahkan Indonesia. Semuanya dijajah. Bila tidak secara fisik, pastilah secara ekonomi dengan hutangyang diwariskan pada anak cucu kita. Secara budaya, salah satunya adalah memaksakan perayaan Valentine ini ke generasi muda kita melalui media yang begitu gencar menjajakan ritual ini.

Valentine itu hanya sebuah momen bagi para kapitalis yang mata duitan untuk menangguk untung sebanyak-banyaknya. Coklat, boneka, dan bunga jadi laris manis. Begitu juga dengan kartu-kartu dan berbagai pernak-pernikValentine's Day lainnya.

Valentine, Merusak Generasi
Didorong oleh media, baik elektronik maupun cetak yang seolah dikomando oleh pihak tertentu menggaungkan acara ini, remaja kita pun menjadi malu dan minder, merasa ketinggalan jaman jika tidak turut merayakan Valentine.

Valentine's day, sebetulnya bukan mengagung-agungkan cinta dan kasih sayang, tapi lebih ke arah mengumbar hawa nafsu, agar nafsu itu bangkit dan liar tanpa kendali.
Tahun 2004 lalu, puncak acara Valentine's Day di Filipina ditandai dengan mencetak rekor dunia "ciuman massal". Tidak kurang 5.122 pasangan antri di Manila, ibu kota negara itu, untuk berciuman selama paling tidak 10 detik guna merayakanValentine. Bayangkan, jika hal ini terjadi di negara kita. Na'udzu billah min dzalik!

Ini baru dosa-dosa Valentine ditinjau dari dampak maksiat yang terjadi di dalamnya. Belum lagi kalau kita melihat asal-usul Valentine.

Latar Belakang Valentine's Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin's Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine, seorang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen, yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M., pada hari yang sama saat dia mengungkapkan ucapan cintanya. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal kepada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi From Your Valentine.

Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Nyatanya, banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apayang terjadi? Dia kemudian menggagas ide "gila". Pikirannya, jika laki-laki tidak kawin, mereka akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengizinkan laki-laki kawin.

Kalangan remaja menganggap, ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta, dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan, setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan menyenangkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri sertaValentine sendiri. Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
TATTOO